Bagi PM Sogavare Dari
Kepulauan Solomon, ‘Selingkuh’ Lebih Baik Daripada Menyelesaikan Masalah Rumah
Tangga
Oleh : Jonah
Telenggeng (Maybrat, Papua Barat)
Di mata
Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manasseh Sogavare, isu Papua Barat ibarat
‘perselingkuhan’ dalam perjalanan karir politiknya. ‘Rumah tangga’ Sogavare
saat ini sedang mendapat cobaan berat. Menyelesaikan urusan dalam negeri
bagaikan menghadapi amukan istri yang telah dikhianati.
Tentangan
berkepanjangan dari lawan-lawan politik, pertumbuhan ekonomi yang merosot dan
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap bantuan luar negeri, menjadikan
mereka sangat vokal terhadap isu Papua Barat. Isu Papua Barat ibarat bola sepak
yang mereka seenaknya tendang untuk menjadikan tontonan umum guna
mengalihkan perhatian dari masalah sebenarnya di dalam negeri.
Sogavare
menjadi PM Kepulauan Solomon sejak Desember 2014. Ini adalah ketiga kalinya ia
menduduki jabatan PM di negara Pasifik berpenduduk 500 ribu jiwa itu.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai PM pada tahun 2000-2001 dan 2006-2007. Dua
periode kepemimpinan yang sangat singkat itu diwarnai resesi ekonomi sebesar
delapan persen pada tahun 2001, mosi tidak percaya oleh parlemen pada bulan
Desember 2007, dan kebijakan yang merusak hubungan negara itu dengan Australia.
Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manasseh Sogavare |
Sogavare
menuduh Australia mem-bully negara kepulauan itu ketika Australia
menolak membantu kepolisian Kep. Solomon pada kerusuhan yang terjadi tahun 2006.
Ia mengusir Duta Besar Australia Patrick Cole dan melindungi Julian Moti,
mantan Jaksa Agung Kep. Solomon, yang terancam ekstradisi ke Australia karena
tuduhan seks dengan anak di bawah umur.
Memburuknya
hubungan dengan Australia, donor utama negara kepulauan itu, membuat aliran
dana segar dari Taiwan menjadi lebih penting bagi Sogavare. Taiwan, yang selama
ini selalu mencari kesempatan untuk menjalin hubungan dengan negara-negara di
Pasifik, langsung memanfaatkan peluang ini.
Wakil PM
Douglas Ete menyatakan bahwa Taiwan memberikan dana sebesar 80 juta dolar
Solomon (10 juta dolar AS) per tahun, 50 juta dolar diantaranya dibayarkan
kepada lima puluh anggota Parlemen. Dari total bantuan itu, 10 juta dolar
dialokasikan untuk kementerian Pendidikan dan 10 juta dolar untuk Dana
Pembangunan Nasional. Sepuluh juta dolar sisanya raib begitu saja.
Ete meminta
Sogavare menjelaskan keberadaan sisa dana sebesar 10 juta dolar itu namun
Sogavare menolak untuk membukanya kepada publik. Segera setelah mengungkap hal
ini, Ete mengundurkan diri. Ia menyatakan ‘saya sudah hilang kepercayaan pada
ketua Pemerintahan Koalisi Demokratis untuk Perubahan (Sogavare) dan
kepemimpinannya.”
Sogavare
tenggelam dalam ilusi bahwa mereka mendapat sorotan dunia internasional karena
mendukung Papua Barat berpisah dari Indonesia. Mereka melarikan diri dari
masalah dalam negeri dan memilih menjauh untuk mengikuti ‘godaan’ isu Papua
Barat. Pertemuan MSG, PIF dan Pacific Coalition on West Papua (PCWP)
yang mereka hadiri baru-baru ini tak ubahnya seperti janji kencan dengan wanita
idaman lain.
Terlena
dengan nafsu, Sogavare menyatakan bahwa “Papua Barat memiliki hak menentukan
nasib sendiri”. Kata-kata yang diucapkan layaknya pasangan selingkuh yang ingin
meyakinkan diri bahwa mereka melakukannya atas dasar cinta dan bukan sekedar
birahi.
Sogavare
lupa, bahwa setiap hari provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia sudah
menentukan nasib mereka sendiri. PM Sogavare gagal menerima kenyataan bahwa
kedua provinsi itu mempraktekkan demokrasi dan telah memiliki pemimpin dari
etnis mereka sendiri. Lebih parahnya, mereka juga tidak mau percaya bahwa
mayoritas masyarakat Papua Barat ingin membangun provinsinya menjadi lebih
makmur dan sejahtera di dalam satu kesatuan negara Indonesia.
Bukannya
menghadapi secara jantan situasi politik dalam negeri yang kacau, pertumbuhan
ekonomi yang lemah dan menyelesaikan masalah dalam negerinya, Sogavare malah
memainkan peran sebagai orang kuat dan menggaungkan separatisme Papua. Bagi PM
Kepulauan Solomon itu, mendukung separatisme Papua tampaknya lebih seksi, lebih
memikat, dan memberi mereka tempat untuk lari dari kenyataan. (YK)
11 komentar:
Bagai mana bisa selesaikan masalah orang lah masalah sendiri saja berantakan
Gajah dipelupuk mata taktampak semut disebrang lautan nampak
Itu lagi
Kampret.. ko urus ko pu negara saja
Pejabat negara ko malah malu-maluin, sex dengan anak dibawah umur...
Urus negara senidiri belum selesai,,, ko buat apa urus negara orang,, orang2 seperti kamu lah yang merusak hubungan bilateral...
tak pantas menjadi pemimpin negara,,,
pemikiran dengan rambut sama-sama susah dimengerti
ini potret pemimpin yang salah jalan,,,,kesasar tak mengerti apa apa... masalah rumah tangga berantakan.
itu sudah
tak ada gading yang tak retak
goblok
Posting Komentar